Koleksi arieArie KoleksiPhotobucket
Selamat Tinggal..... Kenangan yang terindah.....kini hanyalah hayalan belaka.......
SELAMAT DATANG DI BLOG ARIE FIRMANSYAH

Kamis, 08 Oktober 2009

Sekadar Bencana Alam Ataukah Murka Allah?




Kaum spiritualis percaya bahwa ALAM ini adalah SAUDARA BERSAR manusia. Istilah kerennya adalah Makrokosmos sedangkan manusia adalah Mikrokosmosnya. Hubungan keduanya adalah hubungan yang tak dapat dipisahkan, karena
karena keduanya saling mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung. Perbuatan-perbuatan manusia yang baik berpengaruh langsung pada Alam serta lingkungannya.

Sebaliknya jika manusia kerap berbuat hal-hal yang buruk dan keji maka Alam pun menjadi “murka”. Kemurkaan Alam tersebut dikarenakan banyaknya pengaruh kejahatan dan kekejian yang secara langsung maupun tidak langsung merusak tatanan alam. Ketamakan dan keserakahan manusia menjadikan manusia tiada peduli akan keseimbangan alam. Kebanyakan manusia hanya memikirkan keuntungan sebesar-besarnya dan mengeksploitasi alam tanpa batas.

Hanya memikirkan kepentingan ego pribadinya, golongan atau partainya. Akibatnya terjadilah apa yang disebut bencana alam, seperti kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, gempa dan gunung meletus.

Masih banyak orang yang menganggap bahwa bencana alam seperti itu tidak ada hubungannya dengan perbuatan manusia. Padahal dengan tegas dan lugas Allah SwT berfirman, “Telah tampak kerusakkan (al-fasad) di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS Al-Ruum [30] ayat 41)

Menurut al-Raghib, fasad mengandung arti “terjadinya ketidakseimbangan atau ketidak harmonisan” [Al-Raghib al-Isfahani : 379]

Al-fasad di dalam ayat tersebut menurut Allamah Thabathaba’i berkonotasi umum. [Thabathaba’i 16: 205-206]. Yaitu fasad yang mencakup semua bentuk kerusakan berupa hilangnya tatanan yang baik di dunia ini, baik yang dikaitkan dengan kehendak manusia maupun yang tidak. Misalnya gempa, kemarau, banjir, wabah penyakit, perang, perampokan dan segala bentuk yang mengganggu ketentraman kehidupan manusia.

Segala kejadian seperti itu termasuk peristiwa-peristiwa alam dianggap sebagai akibat ulah manusia. Baik langsung maupun tidak langsung manusialah yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi kejadian-kejadian seperti itu sebagai pertanda murka Allah terhadap manusia yang larut dalam kemungkaran. Sebagaimana penegasan al-Quran, ”Andaikata kebenaran (al-haq) itu menuruti hawa nafsu mereka pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya” (QS 23 : 71).

Seandainya manusia menjadikan hawanafsu sebagai tolok ukur kebenaran maka pastilah hancur binasa seluruh tatanan alam semesta ini. Sebaliknya al-Quran pun memandang bahwa keutuhan tatanan alam semesta ini pun berkaitan erat dengan ulah dan tingkah laku manusia. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7 : 96)

Imam Ja’far ash-Shadiq as juga mengatakan, “Tidaklah kesusahan, musibah dan penyakit yang menimpa seseorang melainkan karena dosa. Karena itulah Allah SwT berfirman : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri” (QS 42 : 30) (Bihar al-Anwar 73 : 315)

MENGAPA KALIAN MEMBIARKAN MEREKA MELUBANGI KAPAL

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat yang saling menopang satu dengan lainnya. Kehidupan mereka yang berada di dalam suatu lingkungan diibaratkan oleh Baginda Rasul Saw dengan indahnya bak berada di dalam sebuah bahtera di tengah laut lepas.

Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang melanggar larangan-larangan Allah dan orang-orang yang menaatinya adalah ibarat satu kaum yang bersama-sama naik ke sebuah kapal layar. Sebagian mereka berada di atas dan sebagian lagi berada di bawah (dek). Bila orang-orang yang berada di bagian bawah ingin mengambil air, maka mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu orang-orang yang berada di bagian bawah mengatakan,”Kita lubangi saja lambung kapal ini agar kita memperoleh air tanpa harus menyusahkan orang-orang yang di atas kita”. Jika mereka dibiarkan melakukan niat mereka, maka semua orang yang berada di kapal tersebut pasti celaka. Tetapi jika mereka dicegah, maka orang-orang itu bisa selamat dan selamat pula seluruh penumpang kapal itu!” (Shahih Bukhari dan Tirmidzi)

Penyebab terjadinya bencana longsor di berbagai pelosok negeri kita ini antara lain sama seperti yang disampaikan oleh Rasulullah Saw di atas. Sebagian masyarakat di dalam suatu lingkungan tertentu tidak mencegah sebagian masyarakat lainnya yang melakukan penebangan liar atas hutan-hutan yang berada di sekitar mereka. Kekejian dan ketamakan yang telah memabukkan sebagian masyarakat menjadikan mereka sedemikian lupa diri dan dengan sewenang-wenang mereka “menzalimi” alam (hutan), dengan membabat habis pepohonan yang sebenarnya merupakan pelindung bagi manusia itu sendiri.

Ketika semua ini telah jauh melampaui batas, maka alam pun mengamuk murka atas perbuatan zalim saudara kecilnya yang tak tahu diri ini. Sebagian masyarakat yang tidak melakukan penebangan liar pun akhirnya menjadi korban amuk murka alam. Hal ini sama seperti para penumpang kapal yang tidak mau peduli atas apa yang dilakukan penumpang lainnya yang melubangi lambung kapal demi kepentingan mereka sendiri tanpa menghiraukan bencana yang bakal terjadi akibat perbuatan bodoh yang mereka lakukan.

MENJADIKAN NAFSU SEBAGAI TOLOK UKUR KEBENARAN

Salah satu dosa besar yang paling berpengaruh buruk terhadap Alam adalah jika hawa nafsu menjadi tolok ukur kebenaran. Jika manusia sudah lebih mengedapankan nafsu di atas segala-galanya maka seluruh tatanan alam semesta ini akan rusak binasa seperti yang dikatakan di dalam Al-Qur’an, “Andaikata kebenaran (al-Haq) itu menuruti hawa nafsu maka pasti rusak binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya” (QS 23 : 71)

Yang dimaksud dengan kebenaran mengikuti hawa nafsu adalah apabila orang-orang yang selama ini dianggap sebagai acuan kebenaran telah tunduk kepada hawa nafsu. Dengan kata lain para pemimpin agama telah tunduk kepada hawa nafsu mereka. Mereka tidak peduli atas apa yang terjadi pada lingkungan mereka.

Mereka lebih takut kepada mafia-mafia atau pengusaha-pengusaha busuk ketimbang Tuhan. Bahkan sebagian mereka pun menerima suap dari mafia-mafia ini agar mereka tidak mencegah apa yang akan mereka lakukan terhadap alam lingkungan yang semestinya dilindungi. Jika pihak pemerintah (umara’) dan ulama diam tak mau peduli atas apa yang dilakukan mafia-mafia hutan ini maka masyarakat pun tidak lagi mempunyai ‘bemper’ dari tindak kejahatan yang dilakukan para mafia hutan ini.

Jika hal ini terjadi maka pastilah seluruh tatanan Alam ini akan rusak binasa dan porak-poranda! Kebakaran hutan, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan bencana-bencana lainnya pun terjadi silih berganti.

TAMAK DAN SERAKAH SUMBER KEHANCURAN

Nabi saww bersabda, “Sekiranya Anak Adam mempunyai sebuah lembah emas , niscaya dia akan meminta tambah satu lagi. Sekiranya dia telah mempunyai dua lembah emas, niscaya dia akan meminta lagi. Tidak akan puas kantong mulut seseorang kecuali jika sudah penuh dengan tanah” (Jami’ ash-Shaghir lis Suyuthi)

Manusia jika sudah terjerat penyakit tamak, ia akan kesulitan untuk melepaskan diri darinya. Imam al-Baqir as berkata, “Orang yang rakus pada dunia bagaikan ulat sutera. Kian bertambah banyak suteranya kian jauh kemungkinannya untuk bisa keluar dari sarangnya. Sampai akhirnya dia mati (terjerat suteranya sendiri)” (Bihar al-Anwar 73 : 23)

Dia akan berubah menjadi monster yang mengerikan, yang siap melahap dan mencaplok apa saja yang ada dihadapannya. Tak ada lagi yang bisa menghentikan desakan keinginan hawa nafsunya, kecuali maut! Hadits di atas menjelaskan bahwa kesadaran manusia akan pupus jika nafsu ketamakan dan keserakahan telah menguasai seluruh ruang kehidupan manusia. Ada sebuah ungkapan tepat yang mengatakan bahwa nafsu itu tidak terbatas, nafsu bahkan lebih luas dari semesta alam.

Jadi, jika engkau menuruti kemauan hawa nafsumu maka dia akan terus membawamu hingga engkau dihempaskan oleh keterbatasan waktu yang engkau miliki, sementara nafsu tidak berhenti dan tidak habis-habisnya menghisap dirimu!

ENGGAN MEMPROTES ORANG ORANG DURJANA

Sebab lainnya yang dapat mengakibatkan kehancuran dan timbulnya bencana alam adalah tidak adanya sekelompok orang yang berani meneriakkan kebenaran dan memprotes kejahatan serta keserakahan orang-orang durjana yang terus melampiaskan nafsu angkaranya.

Tidak adanya orang-orang yang berani melarang kaum durjana melampiaskan ketamakannya, mengakibatkan kejahatan dan kerakusan mereka tidak lagi terbendung dan terkontrol. Mereka, kaum durjana itu, menjadi mesin ketamakan yang dengan bebas dan leluasa melampiaskan nafsu serakahnya menghisap dan mengeksploitasi alam secara membabi buta! Para wakil rakyat yang semestinya memperingatkan mereka dan menjebloskan mereka ke penjara malah berpura-pura buta dan bisu.

Mata mereka telah dibutakan oleh harta, mulut mereka disumpal uang. Maka terjadilah ketidakseimbangan alam akibat kezaliman yang dilakukan si saudara kecil terhadap saudara besarnya (alam) yang selama ini sabar menerima perlakuan buruk dari saudara kecilnya (manusia).

Segalanya terbatas, termasuk kesabaran si saudara besar, maka terjadilah bencana dan musibah yang menimpa manusia secara merata, yang tidak hanya menimpa kaum zalim saja tetapi juga orang-orang yang tidak melakukan kejahatan pun terlibas oleh azab yang turun tanpa pandang bulu!

”Dan peliharalah dirimu daripada azab (siksa) yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu” (QS al-Anfal [8] ayat 25)

Azab yang turun secara merata ini merupakan salah satu akibat pengabaian manusia dari kewajibannya memprotes kebiadaban kaum durjana. Imam Ali as berkata, “Munculnya kerusakan (fasad) adalah karena kemukaran yang tidak dicegah!” (Syarah Nahjul Balaghah 8 : 244)

Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Allah Swt berfirman kepada Nabi Syu’aib as : “Aku akan menyiksa seratus ribu kaummu, empat puluh ribu dari mereka adalah orang-orang jahat, dan enam puluh ribu dari mereka adalah orang-orang yang baik!”

Nabi Syu’aib heran dan bertanya : “Yang jahat memang pantas diazab tapi mengapa yang baik juga diazab?” Allah SwT menjawab : “Mereka tidak mencegah orang-orang yang berbuat maksiat dan tidak marah dengan kemarahan-Ku!” (Misykat al-Anwar 51)

Kebanyakan ulama dan agamawan pun hanya mau menganjurkan kebaikan tapi takut dan enggan melarang perbuatan-perbuatan buruk segelintir orang (para penguasa dan pengusaha). Mereka membiarkan kaum durjana berbuat semena-mena dan tiada mempedulikan nafsu angkara yang mereka lampiaskan di mana-mana!

Imam Ali as berkata, “Pelaku kezaliman, yang membantunya dan yang rela dengan perbuatan zalim tersebut, ketiganya bersekongkol dalam kezaliman!” (Ihqaaq al-Haq 12 : 432)

Kaum elit dan para konglomerat ini memang sedikit, jika dilihat dari kwantitasnya tetapi didukung oleh jumlah uang yang banyak (uang yang juga diperoleh dari merampok uang rakyat). Kadang hal inilah yang membuat beberapa ulama fasiq menjadi tergiur sehingga akhirnya bisu dan buta.

Mereka enggan membuka mulut dan enggan melarang kejahatan dan keserakahan yang sudah tak bisa ditolerir lagi. Mereka seperti kaum Musa yang melihat Qarun. “berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun!” (QS al-Qashash [28] ayat 79)

Mereka malah tergiur dengan harta Qarun – sang pengusaha – yang berlimpah ruah. Mereka mengidam-idamkan dalam hati mereka: “Andai aku juga punya harta seperti yang dimiliki Qarun. Kita bisa melihat sekarang banyak sekali ulama dan kaum intelek kita yang lebih senang berlomba-lomba memperbanyak harta dan memamerkan kekayaan mereka ketimbang memerhatikan hajat hidup umatnya!

Mereka berkeliling mengendarai mobil-mobil mewah sementara umatnya mengais kehidupan di antara belas kasihan orang lain. Mereka sibuk mengurus partai atau kelompok mereka namun melupakan kepentingan-kepentingan yang lebih luas. Teramat ironis memang, tapi inilah kenyataan yang terjadi di Indonesia! Inilah sebabnya maka bencana serta musibah terjadi tidak henti-hentinya, memakan korban nyawa manusia, bahkan ternak sekalipun!

Allah SwT berfirman, “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka bermaksiat dan selalu melampaui batas, mereka satu sama lain tidak melarang perbuatan munkar yang mereka perbuat . Sesungguhynya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu!” (QS Al-Maidah [5] ayat : 78-79)

Yang sekarang muncul adalah saling tuduh dan menghujat antar kaum elit itu sendiri. Mereka saling salah-menyalahkan. Mereka melakukan kesalahan baru lagi yaitu enggan bercermin diri! Imam Ali karamallahu wajhah berkata, “Lalainya seseorang dari aib-aibnya adalah sebagian daripada dosa-dosa yang paling besar!” (Bihar al-Anwar 78 : 91)

SIAPA YANG BISA SELAMAT DARI BENCANA DAN SIKSA

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, maka Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat (su’u) dan Kami timpakan kepada orang-orang zalim azab siksa yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasik” (QS Al-A’raf [7] ayat: 165).

Beratnya persyaratan Nahi Munkar bukan berarti kita mesti berdiam diri. Kita harus bersatu padu, saling bahu membahu, berani berteriak kepada orang-orang durjana : “Mampus kalian bersama keserakahanmu!”. Berani bertindak dengan tidak memilih orang-orang munafik, busuk dan pengkhianat itu! Jangan terbius janji-janji dan akting mereka di depan publik! Namun kita tetap harus menjauhi tindakan anarkis, karena tindakan tanpa petunjuk para faqih yang kompeten justru menambah kerusakan di muka bumi ini!

Ingat! Jangan pilih dan percaya kepada orang-orang yang tidak memiliki masa lalu yang baik, kaum pendusta dan orang-orang bodoh. Sekali lagi, jangan pilih mereka! Imam al-Shadiq as berkata,”Hati-hatilah kamu dari bersahabat dengan orang yang dungu (al-ahmaq) dan pendusta. Karena si dungu bermaksud memberimu manfaat tetapi malah mendatangkan mudharat bagimu, dan ketika dia bermaksud mendekatkan (sesuatu atau seseorang) kepadamu, dia malah menjauhkannya darimu, dan menjauhkan darimu apa yang ingin didekatkannya. Sedangkan si pendusta, jika kamu mempercayainya, ia justru mengkhianatimu, dan jika kamu berbicara kepadanya, dia akan mendustakanmu, dan jika ia berbicara kepadamu, kamu mendustakannya…” (Bihar al-Anwar 74 : 193)

Imam Ali as berkata, “Kebenaran yang tidak terkoordinir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terkoordinir!”.

Perkataan Imam Ali as ini menyiratkan suatu perintah agar kita semua termasuk masyarakat Indonesia mesti bersatu padu, bersama-sama melawan kejahatan yang sudah terkoordinir secara rapi ini. Kita memerlukan suatu kesadaran bahwa kita satu sama lain wajib saling melindungi dan saling membantu tanpa harus dikotak-kotakan oleh agama, mazhab, ras, suku, dan teritorial.

Kesadaran berbangsa dan kebersamaan kemanusiaan ini mesti ditumbuhkan kembali dan dikuatkan dengan pemahaman agama kita masing-masing.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah!


read more

Selasa, 06 Oktober 2009

Isi Video ini adalah :
Malam Pertama di Alam Kubur
Tiap hari jutaan manusia antri menuju kuburannya termasuk anda sendiri, seberapa siapkah anda memasuki malam pertama di Alam Kubur? Kematian akan datang dengan tiba-tiba, merenggut dengan paksa tanpa melihat apakah anda sehat atau sakit, sedang sibut kerja atau sedang santai, kaya miskin, tua atau muda

Metode Menjemput Maut
Metode Menjemput Maut
Kematian adalah nasehat terbaik dan guru kehidupan, sedikit saja kita lengah memikirkan kematian maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan. Dan sesungguhnya manusia telah menentukan bagaimana akhir hidupnya. Pilihannya ada pada bagaimana ia menjalani kehidupannya, sebagaimana ia menjalani hidupnya seperti itu pula kemungkinan besar ia menghadapi kematiannya, karena dengan menjalani hidup berarti kita sedang menuju kematian kita.

Fase-Fase Alam Kubur
Ada lima fase yang kana dialami oleh setiap orang yang sudah masuk dalam alam kubur, yaitu himpitan kubur, pertanyaan malaikat, azab/nikmat kubur, ditempatkannya ruh, dan hari kebangkitan.

Kisah Nyata Tragedi Alam Kubur
Sebuah kisah yang sangat berharga tentang siksa kubur yang terjadi didaerah Saudi Arabia, seorang remaja muslim meninggal pada usia 18 tahun, diceritakan ia sering melalaikan sholatnya, setelah dikubur 3 jam, kemudian ayahnya membongkar kembali kuburnya untuk keperluan otopsi, namun apa yang terjadi setelah mayat dikeluarkan dari kuburnya, pandangan yang sangat mengerikan, rambut yang hitam berubah menjadi beruban, dari mulut dan hidung keluar darah segar seperti baru saja mengalami beratnya siksa kubur.

Sebab-sebab Siksa Kubur
Pada bagian akhir kami sampaikan tentang sebab-sebab azab kubur, semoga media ini bermanfaat bagi kita semua, amin.



read more


arie koleksi